Kota Malang memiliki banyak sarana transportasi, termasuk angkutan umum, bus wisata, ojek online, kereta, hingga pesawat. Secara garis besar, sarana transportasi memiliki tujuan utama untuk memudahkan mobilitas manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Namun, jika kita lihat lebih dalam, tujuan sarana transportasi bisa dibedakan menjadi beberapa aspek:
- Memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia:
a. Mobilitas: Memungkinkan manusia berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti bekerja, bersekolah, berbelanja, atau mengunjungi keluarga.
b. Akses: Memberikan akses ke berbagai fasilitas dan layanan, seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat rekreasi. - Mendukung Pertumbuhan Ekonomi:
a. Distribusi Barang: Memudahkan distribusi barang dari produsen ke konsumen, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.
b. Pengembangan Wilayah: Membuka akses ke daerah-daerah terpencil, sehingga dapat mendorong pembangunan dan mengurangi kesenjangan.
c. Pariwisata: Memudahkan akses ke destinasi wisata, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah. - Meningkatkan Kualitas Hidup:
a. Efisiensi Waktu: Menghemat waktu tempuh, sehingga masyarakat dapat lebih produktif.
b. Konektivitas: Meningkatkan konektivitas antar wilayah, sehingga memperluas jaringan sosial dan memperkaya pengalaman hidup.
c. Kemandirian: Memberikan kemandirian bagi individu untuk mencapai tujuannya.
Prasana transportasi seperti terminal, bandara, dan stasiun yang dibuat oleh pemerintah bisa disebut dengan “fondasi mobilitas”. Prasarana transportasi adalah segala fasilitas fisik yang mendukung sistem transportasi, seperti jalan, jembatan, rel kereta api, bandara, pelabuhan, terminal, dan lain-lain. Sederhananya, prasarana ini adalah infrastruktur yang memungkinkan kendaraan dan manusia bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
Fungsi Prasarana Transportasi diantaranya untuk menghubungkan wilayah, mendukung aktivitas ekonomi, hingga menunjang pariwisata. Di Kota Malang sendiri terdapat banyak sekali fasilitas prasarana yang dapat digunakan. Seperti berikut ini:
- Bandar Udara Abdulrachman Saleh
Bandar Udara Abdulrachman Saleh merupakan pintu gerbang utama bagi Kota Malang dan sekitarnya. Terletak sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Malang, bandara ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghubungkan Malang dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Bandara ini dibangun pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1937-1940. Setelah Indonesia merdeka, bandara ini terus dikembangkan dan dinamai sesuai dengan nama pahlawan nasional, Abdulrachman Saleh.
Terletak di Jl. Komodor Udara Abdul Rahman Saleh, Krajan, Bunut Wetan, Kec. Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur 65154, Bandar Udara Abdulrachman Saleh terus berbenah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada para penumpang. Untuk menuju ke Bandara ini dari Savana Hotel & Convention Malang hanya memerlukan waktu 30 menit saja.
Beberapa fasilitas dan layanan yang tersedia di Bandar Udara Abdulrachman Saleh antara lain:
- Terminal Penumpang: Terdapat terminal penumpang domestik yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ruang tunggu, restoran, toko, dan fasilitas check-in yang modern.
- Landasan Pacu: Bandara ini memiliki dua landasan pacu yang dapat menampung berbagai jenis pesawat, baik pesawat komersial maupun pesawat militer.
- Parkir: Tersedia area parkir yang luas untuk kendaraan roda dua dan roda empat.
- Transportasi: Tersedia berbagai pilihan transportasi umum untuk menuju pusat kota Malang dari bandara, seperti taksi, bus, dan ojek online.
2. Stasiun Kota Malang
Stasiun Kota Malang, yang kini lebih dikenal sebagai Stasiun Kota Baru Malang, memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Bangunan megah ini bukan hanya berfungsi sebagai pusat transportasi, namun juga menjadi saksi bisu perkembangan Kota Malang dari masa ke masa.
Pembangunan jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan dimulai sekitar tahun 1870. Tujuan utama pembangunan jalur ini adalah untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jawa Timur, khususnya Malang, menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Stasiun Malang pun dibangun sebagai bagian dari proyek besar ini.
Awalnya, Stasiun Malang terletak di sisi timur emplasemen dengan ciri khas arsitektur Staatsspoorwegen (SS), perpaduan antara Neoklasik dan Indische Empire. Namun, seiring dengan meningkatnya jumlah penumpang, bangunan lama dianggap tidak mencukupi. Maka, pada tahun 1926 dibangunlah stasiun baru yang lebih besar dan modern di lokasi yang tidak jauh dari stasiun lama. Stasiun baru ini kemudian dikenal sebagai Stasiun Malang Kotabaru, untuk membedakannya dengan stasiun lama.
Bangunan Stasiun Kota Baru Malang memiliki arsitektur yang khas dan menarik. Perpaduan gaya Eropa dengan sentuhan lokal membuat stasiun ini menjadi salah satu landmark Kota Malang. Beberapa keunikan arsitekturnya antara lain:
- Atap tinggi
- Ornamen-ornamen khas
- Terowongan bawah tanah
Jarak dari Savana Hotel & Convention Malang ke 2 stasiun ini cukup dekat, hanya berjarak 1,7 KM dari Stasiun Kota Baru dan berjarak 3,6 KM dari Stasiun Kota Lama.
3. Terminal
Kota Malang yang dinamis ini memiliki beberapa terminal yang telah mengalami perkembangan seiring dengan pertumbuhan kota dan kebutuhan masyarakat. Meskipun Terminal Arjosari menjadi pusat transportasi utama di Kota Malang, sebelumnya ada beberapa terminal lain yang pernah beroperasi dan memiliki peran penting dalam sejarah transportasi kota ini.
- Terminal Pecinan:
Pecinan merupakan terminal multimoda pertama di Kota Malang yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tahun 1920-1924. Letaknya yang strategis, dekat dengan Pasar Besar Malang, membuatnya menjadi pusat aktivitas ekonomi dan transportasi pada masanya.
b. Terminal Pattimura:
Selanjutnya, terminal Pattimura dibangun sebagai pengganti Terminal Pecinan yang kapasitasnya sudah tidak mencukupi. Berada di dekat Stasiun Kota Baru Malang, membuatnya mudah diakses oleh penumpang kereta api. Mulai beroperasi pada tahun 1977, kini Terminal Pattimura sudah tidak beroperasi lagi. Namun, keberadaannya tetap meninggalkan jejak sejarah yang penting bagi Kota Malang. Terminal ini pernah menjadi saksi bisu perkembangan kota dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Malang.
c. Terminal Arjosari:
Saat ini, Terminal Arjosari adalah terminal terbesar dan tersibuk di Kota Malang. Pembangunan fisik terminal ini dimulai pada tahun 1989 dan diresmikan pada tahun yang sama. Terminal Arjosari dibangun untuk menggantikan Terminal Pattimura yang lokasinya sudah tidak strategis lagi. Terminal ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti ruang tunggu, toilet, tempat makan, dan area parkir yang luas.
d. Terminal Dinoyo:
Terminal Dinoyo dibangun untuk melayani angkutan umum yang menuju arah barat, seperti Kediri, Jombang, dan Tuban. Pembangunan terminal ini bertujuan untuk mengurangi beban Terminal Arjosari. Terminal Dinoyo punya sejarah yang menarik. Awalnya, terminal ini terletak di kawasan Pasar Dinoyo, Malang. Namun, karena perkembangan kota, terminal ini kemudian dipindahkan ke lokasi yang sekarang sekitar tahun 1988. Pemerintah Kota Malang saat itu sedang melakukan rekayasa pengaturan lalu lintas. Tujuannya adalah untuk mengurangi kemacetan di pusat kota. Makanya, terminal-terminal besar seperti Dinoyo, Arjosari, dan Gadang dibangun di pinggiran kota.
e. Terminal Hamid Rusdi:
Terminal Hamid Rusdi dibangun menggantikan Terminal Gadang yang lokasinya terlalu dekat dengan Pasar Induk Gadang. Memiliki sejarah yang menarik, Terminal ini didirikan pada tahun 2009 dan dinamai sebagai penghormatan kepada pahlawan nasional asal Malang, Mayor TNI Hamid Roesdi yang merupakan pahlawan nasional asal Kota Malang
Meskipun telah dibangun dengan fasilitas yang cukup lengkap, Terminal Hamid Rusdi hingga kini masih menghadapi beberapa permasalahan, seperti sepinya penumpang dan relokasi Pasar Gadang yang tertunda
Dalam beberapa tahun terakhir, Terminal Hamid Rusdi seringkali disebut sebagai terminal yang “mati suri”. Namun, pemerintah Kota Malang terus berupaya untuk meningkatkan fungsi dan peran Terminal Hamid Rusdi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menjadikan terminal ini sebagai tempat penampungan sementara jika Pasar Gadang direvitalisasi.
4. Tol Pandaan-Malang
Proyek pembangunan jalan tol yang paling menonjol di wilayah Malang adalah Jalan Tol Pandaan-Malang. Jalan tol ini menghubungkan Kota Malang dengan Surabaya melalui Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang.
Pembangunan jalan tol ini dimulai pada tahun 2016 dan secara bertahap dibuka untuk umum. Jalan tol ini sangat mempercepat waktu tempuh antara Surabaya dan Malang, serta meningkatkan aksesibilitas ke berbagai daerah di sekitarnya. Keberadaan jalan tol ini telah mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, perdagangan, dan industri di wilayah Malang Raya.
Selama proses pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang, ditemukan beberapa situs arkeologi yang cukup penting. Penemuan ini menunjukkan bahwa wilayah Malang memiliki sejarah peradaban yang panjang dan kaya.
Dari pintu exit tol Singosari untuk menuju ke Savana Hotel & Convention Malang Anda bisa menempuh jarak 5 KM dalam waktu 20 menit saja